Keunggulan Kompetitif Suatu Bangsa

Hafiz Ma'ruf
3 min readJun 14, 2020

--

Perusahaan mencapai keunggulan kompetitif melalui tindakan inovasi. Mereka berpemahaman inovasi dalam arti luas, termasuk teknologi baru dan cara baru dalam melakukan sesuatu. Mereka menciptakan new foundation untuk bersaing lebih baik dari cara yang lama. Inovasi dapat diwujudkan dalam mendesain produk baru, proses produksi baru, pendekatan pemasaran baru, atau cara baru yang dilakukan dengan melakukan pelatihan. Banyak inovasi yang bergerak pada teknologi dan bersifat inkremental, sehingga keadaan lebih bergantung pada akumulasi wawasan yang diperoleh suatu perusahaan.

Beberapa inovasi menciptakan keunggulan kompetitif dengan menganggap peluang pasar yang baru atau dengan melayani segmen pasar yang diabaikan orang lain. Ketika pesaing lambat merespons, inovasi semacam itu menghasilkan keunggulan kompetitif. Misalnya, dalam industri seperti mobil dan elektronik rumah tangga, perusahaan Jepang memperoleh keuntungan awal mereka dengan menekankan model yang lebih kecil dan lebih kompak dengan kapasitas lebih rendah yang hal tersebut diremehkan oleh pesaing asingnya dengan anggapan bahwa itu kurang menguntungkan dan kurang menarik. Padahal justru malah sebaliknya, produk tersebut diterima oleh banyak orang.

Keuntungan dari mereka yang berperan sebagai pioneer dalam beberapa hal seperti membangun customer relationship, skala ekonomi dalam teknologi, dan loyalitas channel bisnis saja sudah cukup untuk memungkinkan perusahaan tersebut mampu mempertahankan posisi yang telah dibangun selama bertahun-tahun atau bahkan puluhan tahun. Tetapi kembali lagi, cepat atau lambat rival yang lebih dinamis akan menemukan peluang untuk berinovasi atau menciptakan cara yang lebih baik dan lebih murah dalam produksi mereka. Sehingga pada akhirnya, satu-satunya cara untuk mempertahankan keunggulan kompetitif adalah meng-upgrade-nya, atau beralih ke tipe yang jauh lebih canggih.

Beberapa orang melihat daya saing nasional sebagai fenomena ekonomi makro, karena didorong oleh variabel-variabel seperti nilai tukar, suku bunga, dan defisit pemerintah. Daya saing nasional adalah suatu perbedaan dalam praktik manajemennya, termasuk hubungan manajemen dengan tenaga kerja. Lalu mungkin akan muncul pertanyaan-pertanyaan:

Apa yang dimaksud dengan negara “kompetitif”? Apakah negara “kompetitif” adalah negara di mana setiap perusahaan atau industri kompetitif?
Tidak ada bangsa yang dapat memenuhi pertanyaan ini. Bahkan Jepang sekalipun memiliki sektor besar pada ekonominya yang jauh di belakang pesaing terbaik dunia.

Apakah negara “kompetitif” adalah yang nilai tukarnya membuat harga barangnya kompetitif di pasar internasional?
Baik Jerman dan Jepang telah menikmati keuntungan luar biasa dalam standar hidup mereka dan mengalami periode mata uang yang kuat dan kenaikan harga yang berkelanjutan.

Apakah negara “kompetitif” adalah negara dengan neraca perdagangan positif yang besar?
Swiss memiliki perdagangan yang seimbang, sedangkan Italia memiliki defisit perdagangan yang kronis. Kedua negara menikmati pendapatan nasional yang sangat meningkat.

Apakah negara “kompetitif” adalah negara dengan biaya tenaga kerja rendah?
India dan Meksiko keduanya memiliki upah rendah untuk biaya tenaga kerjanya. Namun tampaknya tidak ada model industri yang menarik jika melihat dari sisi ini.

Mengapa perusahaan yang berbasis di negara tertentu mampu melakukan inovasi yang konsisten? Mengapa mereka sangat mengejar peningkatan dengan mencari sumber keunggulan kompetitif yang semakin canggih? Mengapa mereka mampu mengatasi hambatan substansial untuk berubah dan berinovasi yang begitu dengan mudah menggapai kesuksesan?

Jawaban dari pertanyaan di atas terletak pada 4 atribut suatu negara yang berpengaruh pada perusahaan. Atribut yang secara individu dan juga sebagai sistem merupakan berlian keunggulan nasional yang bidang permainannya dibangun dan dioperasikan oleh masing-masing negara untuk industrinya. 4 atribut itu antara lain:

  1. Factor Conditions

Posisi negara dalam faktor-faktor produksi, seperti tenaga kerja terampil atau infrastruktur, diperlukan untuk bersaing dalam industri tertentu.

2. Demand Conditions

Sifat permintaan pasar rumah untuk produk atau layanan industri.

3. Related and Supporting Industries

Ada atau tidaknya negara pemasok industri dan industri terkait lainnya yang berdaya saing internasional.

4. Firm Strategy, Structure, and Rivalry

Kondisi negara dalam mengatur bagaimana perusahaan dibangun, diorganisir, dan dikelola, serta sifat dan kebiasaan dalam persaingan di lingkup domestik.

Keunggulan kompetitif suatu bangsa diciptakan dan dipertahankan melalui proses natural yang berasal dari industri lokal. Perbedaan keunggulan suatu bangsa juga dapat dilihat berdasarkan nilai-nilai nasional, budaya, struktur ekonomi, institusi, dan sejarah bangsanya itu sendiri. Itu semua akan berkontribusi pada keberhasilan yang kompetitif. Sehingga akan timbul perbedaan mencolok dalam pola daya saing di setiap bangsa. Dengan kata lain, tidak ada bangsa yang paling kompetitif di setiap industri. Meskipun demikian, selalu ada negara-negara yang berhasil dalam industri tertentu karena dukungan dari lingkungan mereka yang visioner, dinamis, dan berani untuk mengambil tantangan.

Referensi:

Michael e. Porter. 1990. The Competitive Advantage of Nations. Harvard Business Review

--

--

Hafiz Ma'ruf
Hafiz Ma'ruf

Written by Hafiz Ma'ruf

Hafiz Ma'ruf in Reading and Writing mode. Link me on linkedin.com/in/hafizmaruf33/

No responses yet